SELALU CERIA - Watu Palindo yang terletak di Lembah Bada. (Foto: Kemendikbud)
  • Sulteng Punya 1.451 Situs Megalitik di Lembah Bada

Sulawesi Tengah memiliki salah satunya warisan sejarah dan wisata situs megalitik yang berusia ribuan tahun. Batu-batu megalit itu tersebar di kawasan Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) Kabupaten Poso dan Sigi.

GUBERNUR Sulawesi Tengah Rusdy Mastura berjanji akan segera menyiapkan syarat administrasi agas situs-situs megalit itu ditetapkan sebagai warisan dunia world heritage.

“Situs megalit yang ada di tiga lembah, merupakan situs tertua di Indonesia bahkan dunia,” jelas Gubernur Rusdy Mastura.

Tiga lemba yang dimaksud Gubernur adalah Lemba Bada, Lembah Napu, Lembah Besoa dan Lembah Baso. Lemba Bada atau juga dikenal dengan sebutan Lemba Napu terletak di Kawasan TNLL.

Lembah Bada jadi rumah bagi sederet peninggalan megalitikum berupa batu-batu besar yang memuat misteri kejayaan suku Napu, Besoa, dan Bada.

Situs megalitik di Lemba Bada kata Gubernur Rusdy merupakan peninggalan kebudayaan tertua.

“Di Sulawesi Tengah ada beragam peninggalan kebudayaan tua salah satunya adalah situs megalitik,” kata Gubernur Rusdy.

Dikeliling padang rumput hijau, situs-situs megalit di Lembah Bada menjadi destinasi terbaik untuk sekadar merenung betapa hebatnya kejayaan masa lalu.

Yang mencengangkan terdapat sekitar 1.451 situs megalit di Kawasan lemba ini, dan diperkirakan merupakan peninggalan pra sejarah.

Puluhan patung purbakala ini kabarnya sudah ada sejak abad ke-14. Bahkan menurut sumber yang ada, situs megalit di tiga lembah yang ada, lebih tua dari Candi Borobudur.

Di lembah ini kitab isa menjumpai situs megalit dengan berbagai bentuk. Mulai dari yang berbentuk ukiran manusia (patung), hewan, kalamba dan masih banyak lagi.

Sampai saat ini sudah lebih dari 400 ukiran ditemukan di Lembah Bada. Dari 400-an itu, 30-an ukiran berbentuk manusia.

Situs megalitik di Lembah Bada ini pertama kali ditemukan pada tahun 1908 silam. Meski begitu, baru sedikit yang diketahui tentang keberadaan patung-patung ini.

Selain megalit berbentuk ukiran manusia, di lembah TNLL ini juga terdapat banyak batuan megalitik berukuran yang besar. Ada yang bahkan berdiameter 4 meter.

Watu Palindo

Batuan megalitik yang paling terkenal adalah Watu Palindo dengan posisi miring, batu ini berada di Lembah Bada.

Palindo berarti sang penghibur. Nama ini cocok dengan bentuk wajahnya yang nampak berwajah ceria dan ramah. Menyirakatkan kesan keramahan khas anak-anak.

Tinggi Palindo mencapai sekitar 4 meter dengan ukiran berbentuk tubuh oval memiliki mata yang bulat dan hidung besar yang memanjang ke bawah. Pahatan mulut yang dalam berbentuk sebuah senyuman melengkapi indahnya batuan megalitik ini.

Langka Bulawa

Langka Bulawa adalah batu berukiran sosok wanita dan mempunyai arti nama Ratu bergelang kaki emas.

Bentuk ukirannya hampir sama dengan Watu Palindo. Perbedaannya terletak pada raut muka. Raut muka pada Langka Balawa lebih menggambarkan sosok Wanita.

Lokasi Watu Palindo dan Langka Balawa berjarak sekitar 5 kilometer. Kawasan di antara keduanya, Namun di antara kedua batuan ini terdapat bebatuan lain.

Masyarakat lokal percaya bahwa batu itu dulunya digunakan untuk melakukan pemujaan terhadap leluhur.

Penduduk di Lembah Bada memiliki beragam cerita soal asal-usul terbentuknya megalit tersebut. Salah satunya megalit yang diberi nama Tokala’ea.

Batu Tokala’ea dipercaya sebagai jelmaan dari seorang pemerkosa, yang dikutuk jadi batu.

Lembah Bada juga memiliki batu kalamba. Yaitu batu besar yang tengahnya dipahat sehingga mirip bak besar.

Ada sekitar 50 buah kalamba di Lembah Bada ini. Bentuk dan variasinya beragam. Ada yang masih utuh. Namun ada juga yang sudah rusak.
Beberapa memiliki satu lubang di tengahnya, sementara lainnya memiliki dua lubang.

Warga di Lembah Bada percaya, Kalamba dipakai sebagai bak berendam untuk para raja. Namun, anggapan ini diragukan karena di dekat Kalamba ditemukan penutup dari batu.

Ada juga yang menduga bahwa Kalamba benda tersebut digunakan sebagai peti mati atau tangki air.

Berjarak 145 Km dari Kota Poso

Lembah Bada terletak di daerah yang relatif datar. yang dikelilingi dengan perbukitan.

Awan yang tertahan di puncak bukit yang mengelilingi lembah menyajikan pemandangan yang dramatis.

Sering terlihat salah satu bagian Lembah Bada disaat hujan turun, sedangkan bagian lainnya matahari menyelinapkan cahayanya dari balik awan.

Untuk mencapai Lembah Bada yang berada di Taman Nasional Lore Lindu, kalian bisa menggunakan perjalanan darat dengan menggunakan kendaraan dari Kota Poso dengan jarak tempuh sekitar 145 kilometer.

Kabid Pengembangan dan Pemasaran Dinas Pariwisata Sulawesi Tengah, Nurhalis mengatakan peninggalan megalitikum yang tersebar di Kabupaten Poso dan Sigi mengundang wisatawan lokal hingga mancanegara.

“Selain berwisata ada juga yang melakukan penelitian,” kata Nurhalis.

Menurut Nurhalis pemerintah kabupaten juga telah melakukan promosi wisata situs megalit.

Selain berwisata, pengunjung juga mendapat pengetahuan tentang potensi warisan kebudayaan yang diusulkan jadi warisan dunia.

“Masa pandemi memang wisatawan berkurang sekali, tetapi itu tidak menjadi alasan kita untuk tidak mempromosikan potensi wisata yang ada di Sulawesi Tengah ini,” tutup Nurhalis.

Reporter: Udin Salim

Ayo tulis komentar cerdas