Abd Azis sedang mengemas pupuk organik dalam kantong plastik hasil fermentasi sebelas hari lamanya. Pupuk organik buatannya ini diklaim cocok untuk semua tanaman masa pertumbuhan dan produksi. (Foto: Metrosulawesi/ Pataruddin)

Palu, Metrosulawesi.id – Sampah organik jadi momok di Kota Palu. Inipula menjadi inspirasi seorang pekerja sosial di Jalan Veteran V mengolahnya menjadi pupuk organik.

“Pupuk organik ini cocok untuk semua jenis tanaman dalam masa pertunbuhan dan masa produktif. Bahkan sudah dicoba untuk tambah udang,” kata pemilik Pengolahan Pupuk Organik Bokashi 46, Abd Azis Gapnal, Kamis (22/6).

Menurut Azis, pupuk organik bersumber dari aneka sampah rumah tangga, ampas kopi dan sisa buah, sayuran hingga cangkang telur dari sejumlah penjual martabak.

Azis menceritakan Ide membuat pupuk berbahan ampas kopi itu muncul setelah menyadari banyaknya limbah kopi di warkop yang tidak termanfaatkan. Setelah mencari referensi tentang manfaat ampas kopi untuk tanaman Azis lalu serius mengumpulkan limbah kopi dari dari sejumlah warkop di Kota Palu sejak awal Maret 2023.

“Ada kandungan pospor, kalsium, kalium, dan tembaga dalam ampas kopi yang berguna untuk tanaman,” kata Abdul Azis di rumah produksi pupuknya.

Selain dari kopi bahan dari sampah organik lain juga digunakan Azis untuk pupuk buatannya agar memenuhi zat-zat yang dibutuhkan tanaman. Semua bahan itu lalu dicacah dan dicampur menjadi satu.

Setelah diuji coba, Azis mengklaim pupuk produksinya terbukti ampuh untuk menumbuhkan, menyuburkan bahkan membantu tanaman yang sulit berbuah. Semua jenis tanaman disebutnya cocok dengan pupuk tersebut.

Saat ini dalam satu minggu, Azis mengaku bisa memproduksi hingga 200 Kg pupuk organik. Hasil produksinya kini dijual di beberapa toko pupuk di Kota Palu dan dipesan oleh beberapa petani.

Dengan kemampuan mengolah sampah organik hingga ratusan kilogram setiap minggunya, inisiatif Azis juga berkontribusi pada pengurangan sampah yang tengah digalakkan Pemerintah Kota Palu demi meraih Adipura.

“Ya ini bisa menjadi solusi. Kami masih mengerjakan secara manual, kalau ada mesin kapasitas produksi bisa makin besar,” ujarnya.

Reporter: Pataruddin

Ayo tulis komentar cerdas