
Palu, Metrosulawesi.id – Usai Kerja Bakti, Dekan Faperta Untad Gelar Silaturahim dengan Sejumlah Dosen Senior, Dua adalah Mantan Rektor Universitas Tadulako masing Prof Mahfudz dan Prof Basir Cyio.
Dekan Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Prof. Dr. Ir. Muhardi, M.Si., IPM., ASEAN Eng mengundang sejumlah dosen senior, termasuk Mantan Rektor, Mantan Dekan, Mantan Wakil Dekan Fakultas Pertanian.
“Pertemuan yang bertajuk silaturahmi Jumat Berkah ini diadakan setelah kerjabakti bersama dengan sejumlah dosen senior yang ada di lingkup Fakultas Pertanian,” kata Dekan pada silaturahmi itu, Jumat 16 Juni 2023.
Tujuan Prof Muhardi melakukan pertemuan secara kekeluargaan, tidak lain untuk mendapatkan masukan-masukan dari para dosen senior agar nantinya bisa menjalankan amanah sebagai Dekan dengan sebaik-baiknya. Dekan menyatakan bangga terhadap koleganya, yang selama ini bahu membahu membangun Untad, khususnya Faperta.
Undangan ini dapat dilihat sebagai bentuk penghargaan dan kerendahan hati Dekan Prof Muhardi dengan selalu respek pada senior dan para mantan yang pernah mendapat tugas tambahan. Baik sebagai rektor, dekan, maupun para mantan wadek, dan dosen senior lainnya, termasuk kajur dan kaprodi.
Prof Muhardi dalam kata-kata pembukaannya, membuat para dosen senior merasa bangga karena sedikitpun Prof Muhardi tidak memperlihatkan keangkuhannya di saat mendapat amanah tugas tambahan sebagai dekan dua periode.
Prof Dr Ir Ramlan, MP. IPU. ASEAN Eng, Prof Dr Ir Abdul Rahim Thaha, MP serta Prof Dr Ir Alam Anshary, MSi., IPU., ASEAN Eng, memberi penilaian jika Prof Muhardi adalah sosok pimpinan yang memberi keteladanan menghargai para seniornya.
“Semoga ke depan pimpinan fakultas kita bisa mencontohi Prof Muhardi yang mampu menunjukkan kerendahan hatinya. Itu memang karena pribadi beliau, dan juga sadar jika amanah apapun, mulai dari Kaprodi hingga rektor hanya tugas tambahan jadi tidak memosisikan diri sebagai pejabat struktural yang sulit ditemui,” kata Prof Alam Anshary.
Menurut Prof Muhardi, para mantan penerima amanah tugas tambahan itu, juga telah dianggapnya senior, bukan sebagai laskar tak berguna tapi justru merekalah sumber pembelajaran dan inspirasi.
Pengalaman-pengalaman yang mereka alami, katanya, tentu tidak sedikit, asam garam hingga manisnya sebagai pemangku jabatan telah dirasakan. Itulah yang kami butuhnya dari mereka dalam bentuk masukan-masukan, kata Prof Muhardi yang tanpa sungkan menyebut seniornya sebagai mentor, sambil melirik Prof Rahim Thaha dan Prof Made Antara.
Dekan Faperta ini memang selalu dikenal sebagai sosok yang rendah hati dan sangat hormat serta menghargai karya-karya para pendahulunya. Dosen Faperta menyebut sebagai dekan yang tidak pernah menyusahkan orang yang ingin bertemu dengannya.
Prof Muhardi selama mengemban jabatan, tidak pernah sekalipun membangga-banggakan dirinya sebagai penguasa dan lupa dengan pendahulunya.
Momen ini sebuah bukti bahwa Dekan yang juga alumni Faperta Untad ini memang sosok yang bisa mengatur nafsu kekuasaannya dengan baik tanpa harus menjatuhkan senior-seniornya.
Bahkan pada sejumlah kesempatan, Dekan Faperta dua periode ini mengungkapkan bahwa saat ini dirinya memang Dekan, tapi besok-besok pasti akan menjadi “Mantan”.
Gelar “Mantan” dalam hal jabatan adalah sebuah kepastian yang dipercayainya, jadi jangan sampai posisi yang ada saat ini kita anggap sebagai sesuatu yang abadi, katanya.
“Penghargaan dan penghormatan kepada senior serta mengayomi seluruh orang adalah investasi yang baik ketika gelar mantan itu sudah bersemayam pada diri kita,” tutup Dekan.
Pada akhir sambutannya, Muhardi memberikan kesempatan kepada Prof Mahfudz dan Prof Basir Cyio, tetapi Basir menyebut jika jangan memanggilku Profesor, sembari tersenyum tanpa beban.
Prof Mahfudz mengatakan, sebagai manusia biasa, kebersamaan dengan saudara-sadaranya, juga sangat dibutuhkan, termasuk Prof Basir, kata Mahfudz dalam ungkapan persaudaraannya.
Pada bagian lain, Prof Basir Cyio yang selalu meminta jangan sebut profesor atas dirinya, kembali diselah dosen-dosen lain.
“Prof Yusril dan Prof Amien Rais saja yang nyata-nyata sudah terjun di dunia politik dan sudah tidak menjalankan tugas akadamik masih disebut professor, walau secara administratif sudah tidak dibenarkan. Jadi izinkan kami menyebut Pak Basir Cyio profesor, kata Prof Ramlan kepada awak media yang hadir.
Tetap Tenang
Prof Basir yang dimintai tanggapannya terkait pemberitaan sejumlah media akhir-akhir terus membombardir dirinya, mengaku tetap tenang. Dia pun mengatakan tidak akan menanggapi pemberitaan tersebut.
“Begini dinda, kalau dinda lihat berita Pak Presiden, Pak Jenderal Muldoko, Pak Jenderal Luhut Panjaitan, dan sejumlah petinggi negara lainnya, tiada hari tanpa cacian, tiada hari tanpa hinaan, namun sekelas Kepala Negara saja ternyata tidak memberi respon apa-apa. Tetap tenang dan membiarkan orang-orang mencercanya,” kata Prof Basir merendah.
“Kalau Pak Jokowi dan Jenderal saja yang direndahkan tetapi tidak merespon, apalagi hanya saya sebagai sosok Basir Cyio, orang kecil, tinggal di desa begini, mengapa saya harus sibuk merespon, apalagi mau gugat menggugat. Saya doakan, semoga kita semua sehat selalu,” tambahnya ada gestur tubuh yang menunjukkan keprihatinan.
Prof Basir yang dikenal banyak mengantarkan orang-orang sukses di masa kepemimpinnnya itu pun mengaku saat menjabat rector Untad sempat beberapa kali mengalami terror alias perbuatan tidak terpuji, seperti ban mobilnya disayat parang, dihantam paku besar di ban belakang di sebuah parkiran, kaca spion yang dipatahkan.
Tapi mengapa tidak pernah melapor? Basir mengatakan sudah begitu dalam proses demokrasi. Ada yang membenci dan ada yang sayang.
“Kita jalani saja dengan tawakkal. Kita jadi manusia yang ada di area panas, harus tetap dingin,” katanya.
Reporter: Udin Salim