
- BBPST Gelar Diseminasi Program Perlindungan Bahasa dan Sastra
Palu, Metrosulawesi.id – Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Tengah (BBPST) menggelar Diseminasi Program Perlindungan Bahasa dan Sastra kerjasama dengan Komisi X DPR RI melalui Hj Sakinah Aljufri di Palu, Senin, 8 Mei 2023. Pesertanya lintas sektor antara lain perwakilan instansi pemerintah, pemerhati budaya, tokoh masyarakat/adat/pemuda, dan masayarakat umum.
Dalam kesempatan ini, Kepala BBPST, Asrif, menyebut saat ini bahasa daerah yang ada di Sulteng diancam kepunahan. Ini diistilahkan dalam kondisi sakit yang membutuhkan pengobatan segera.
“Tidak ada satupun bahasa daerah Sulawesi Tengah yang aman.Tidak ada satupun bahasa daerah yang baik-baik saja, alias seluruh bahasa daerah kita sedang sakit, salah satunya bahasa Kaili,” ucap Asrif.
Dikatakan, banyak putra-putri asli Kaili yang tidak tahu berbahasa daerah yang menjadi penyumbang ancaman punahnya bahasa Kaili. Hal ini menjadi kekhawatiran Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Tengah.
Balai Bahasa mencatat setidaknya ada 34 bahasa daerah di wilayah Sulawesi Tengah. Dari jumlah tersebut, sekitar 21 merupakan bahasa asli/lokal Sulteng. Namun semua kondisinya terancam punah yang salah satunya pula akibat kurangnya penutur bahasa daerah. Ini diperparah kurangnya minat masyarakat untuk belajar bahasa daerahnya sendiri.
“Para penerus kita kurang meminati belajar bahasa daerahnya sendiri. Kebanyakan dari mereka malu untuk berbahasa daerah. Kerap kali juga orangtua tidak mengajarkan bahasa daerah di rumah,” sesal Asrif.
Olehnya melalui diseminasi program perlindungan bahasa dan sastra mendorong masyarakat dan stakeholder bisa terpanggil dan terlibat memelihara kelestarian bahasa daerah. Asrif juga mengharapkan dukungan anggaran dari anggota Komisi X DPR RI.
Asrif menambahkan dengan keterbatasan anggaran, pihaknya tahun ini hanya bisa melaksanakan revitalisasi empat bahasa daerah masing-masing; Kaili, Pamona, Banggai, dan Saluan.
Senada, Sakinah Aljufri yang dihadirkan sebagai narasumber kegiatan mengajak semua pihak melibatkan diri mengobati bahasa daerah yang sedang sakit. Peran ini harus dilakukan bersama-sama untuk mencegah punahnya bahasa daerah.
“Ayo kita obati bersama sebelum parah, mari lestarikan bahasa daerah masing-masing,” ujar Sakinah.
Reporter: Michael Simanjuntak
Editor: Yusuf Bj