SABET PENGHARGAAN - Seniman Film asal Kota Palu, Taufiqurrahman ‘Kifu’ (tengah) dan Sarah Adilah (kiri). Film mereka bertajuk ‘Saya Di Sini, Kau Di Sana (A Tale of the Crocodile’s Twin) berhasil menyabet penghargaan Festival Film Pendek Internasional Oberhausen di Jerman, 1 Mei 2023. (Foto: Istimewa)

Palu, Metrosulawesi.id – Film yang mengisahkan kehidupan manusia dan buaya dengan judul ‘Saya Di Sini, Kau Di Sana’ ((A Tale of the Crocodile’s Twin) karya seniman asal Kota Palu meraih penghargaan kategori Jury Special Mention pada Festival Film Pendek Internasional Oberhausen yang digelar di Jerman pada 1 Mei 2023.

Film pendeknya bertajuk ‘Saya Di Sini, Kau Di Sana’ ini adalah hasil karya Taufiqurrahman karib disapa Kifu, bersama rekan produser sekampung halamannya Sarah Adilah. Film ini bercerita soal manusia dan buaya yang hidup berdampingan di Lembah Kota Palu.

Kepada wartawan Metrosulawesi pada Jumat, 5 Mei 2023, Kifu didampingi Sarah berungkap, film mereka berhasil menyabet penghargaan Festival Film Pendek Internasional Oberhausen pada 1 Mei 2023, salah satu ajang penghargaan film pendek tertua di dunia, sejak 1954 Masehi.

Kifu menyebut, film yang memboyongnya pertama kali ke Jerman bareng Sarah itu mengangkat sikap bijak antara manusia dan buaya di Lembah Palu, seperti salah satunya di kawasan Kelurahan Talise.

“Tentang pentingnya bahkan harus berbagi ruang hidup di dalam zona merah (zona rawan tsunami). Di sana, mereka hidup saling curiga,” mula Kifu menjelaskan lewat sambungan telepon Instagram.

Kata Kifu, tim selektor festival itu menyeleksi satu film mereka di antara 5.000 lebih film yang masuk.

“Proses seleksi tentunya dilakukan dengan menonton seluruh film satu per satu, oleh karenanya tim selektor terdiri dari beberapa orang, dan dengan latar belakang yang berbeda,” ujar Kifu.

“Film-film yang menurut mereka memiliki ‘pola’, menjadi faktor penting untuk dipertimbangkan ke kompetisi internasional,” imbuhnya.

Lelaki usia 28 tahun ini bilang, berdasar penilaian para juri, film mereka membawa sejarah lisan dan tradisi ke masa kini dengan kesadaran akan situasi ekologi yang genting di era sekarang.

“Film ini melihat ke lokal untuk membicarakan isu-isu yang lebih luas secara global dengan cara yang ringan namun serius,” tandasnya.

Sementara seluruh perjalanan mengantongi penghargaan luar biasa itu diakomodir oleh Kemendikbud Ristek RI.

Reporter: Faiz Syafar Lanoto
Editor: Udin Salim

Ayo tulis komentar cerdas