
PT Vale Indonesia, Tbk berhasil mengatasi “hantu” yang ditakuti di pertambangan dengan menerapkan praktik pertambangan yang baik atau good mining practices. Seperti apa? Berikut laporan jurnalis Metrosulawesi yang mengunjungi area tambang perusahaan penghasil nikel matte di Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan.
Laporan: Syamsu Rizal (Sorowako, Luwu Timur)
SENIN 19 Desember 2022, puluhan dumptruck bergerak teratur melintasi jalan tambang yang membelah hutan. Tak ada suara lain di area terbatas itu, kecuali deru mesin dumptruck dan alat berat lainnya yang sedang menggali dan mengambil material.
Begitulah pemandangan setiap hari di area penambangan milik PT Vale Indonesia, Tbk. Hanya lalu lalang kendaraan alat berat yang membawa ore dari area penambangan menuju stasiun penyaringan dan seterusnya sampai ke pabrik pengolahan.
Vale adalah perusahaan tambang nikel yang beroperasi sejak 1968 di Indonesia. Memiliki area konsesi seluas 70.566 hektar di Sorowako-Towuti, Kabupaten Luwu Timur Sulawesi Selatan (Sulsel). Selain di Sulsel, Vale juga bakal beroperasi di wilayah konsesinya di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara.
Saat ini, ekplorasi dilakukan di area konsesi di Sorowako-Towuti yakni Blok Sorowako dan Blok Petea. Sebanyak 105 unit dumptruck dan puluhan peralatan utama lainnya dikerahkan untuk aktivitas penambangan di dua blok tersebut. Ada pula satu unit truk listrik yang sedang dalam tahap uji coba sejak 4 Agustus 2022.
Bisa dibayangkan, Vale targetkan produksi sebanyak 58 juta ton sepanjang tahun 2022. Sudah pasti cekungan tak dapat dihindari. Begitulah faktanya di lapangan. Dampak seperti itu bukan hanya di Vale, tapi semua perusahaan tambang yang menerapkan open pit mining atau tambang terbuka.
Aktivitas pengerukan mineral tambang itu tentu saja mengubah lanskap alam berupa cekungan di Bumi Batara Guru. Tapi, Vale mengatasi “hantu” yang mengggangu lingkungan itu dengan menerapkan praktik pertambangan yang baik atau good mining practices.
Operasional Strategic PT Vale Indonesia, Jasman ditemui di lokasi penambangan juga tak membantah soal cekungan. Namun, dia memastikan penambangan dilakukan sesuai aturan dan menjamin cekungan bekas-bekas tambang segera ditutup setelah aktivitas penambangan berakhir. Lahan itu dipastikan direklamasi sehingga pada saatnya kembali menjadi hutan.
“Kita bisa lihat, Vale tidak meninggalkan lubang,” tegas Jasman.
Senada dengan Jasman, Junior Rehabilition Engineer PT Vale Indonesia, Nisma Yani menjelaskan, perseroan berkomitmen menutup semua area bekas tambang atau dikenal dengan revegetasi.
Nisma Yani mengungkapkan, PT Vale menginvestasikan Rp300 juta per hektar untuk reklamasi lahan bekas tambang. Artinya, tahun ini perusahaan menghabiskan Rp88 miliar untuk mereklamasi lahan bekas tambang seluas 293,44 hektar. Kapital yang besar, tapi semua dilakukan demi keberlanjutan lingkungan dan kelestarian hutan.
Asal tahu saja, sejak PT Vale beroperasi 54 tahun silam sampai November 2022, areal yang sudah direklamasi mencapai 3.471 hektare. Lebih dari 4,4 juta tanaman tumbuh di area reklamasi itu, termasuk tumbuhan endemik.
“PT Vale sudah membuka area 5.428 hektare. Dari luasan itu, sudah direklamasi kurang lebih 63 persen atau 3.471 hektar,” ujar Nisma Yanti.
Salah satu contoh proyek revegetasi yang baik di Vale adalah Arboretum Himalaya. Saat Metrosulawesi mengunjungi area itu, tampak sudah seperti original forest atau hutan perawan.
Padahal, Arboretum Himalaya seluas 50 hektar sebelumnya merupakan areal penambangan. Kini kembali menjadi hutan setelah 16 tahun dirawat serius oleh tim reklamasi Vale. Himalaya telah ditumbuhi setidaknya 40 jenis pohon, termasuk tanaman buah yang menggoda burung-burung. Kabarnya, ular hitam sudah jadi penghuni Arboretum Himalaya.
Nisma Yanti menyatakan komitmen Vale menjaga keberlanjutan lingkungan hidup. Berdasarkan Annual Report PT Vale Indonesia, dari 173,42 juta Dolar AS realisasi belanja modal perseroan pada tahun 2021, sebanyak 30,9 juta Dolar AS di antaranya belanja modal yang dikategorikan sebagai proyek lingkungan hidup.
Ubah Air Keruh Jadi Jernih
Selain cekungan, pembukaan area penambangan juga berdampak pada kualitas air. Ini adalah hantu yang juga ditakutkan dalam dunia pertambangan. Sebab, air tanah dan air hujan akan terkontaminasi dengan area bukaan untuk penambangan. Akibatnya, air limpasan tambang menjadi keruh. Tapi, Vale memastikan penambangan tidak akan dilakukan sebelum sistem pengolahan air dinyatakan siap 100 persen. Air limpasan tambang yang dilepas ke danau dipastikan sesuai dengan baku mutu.
Salah satu fasilitas pengolahan air limpasan tambang Vale adalah Lamella Gravity Settler (LGS) yang dibangun pada 2016. LGS dilengkapi 17 kolam pengendapan. Ini adalah teknologi pertama di Indonesia.
“Kapital LGS ini 3 juta Dolar AS (sekitar Rp46 miiar). Dibangun demi menjaga kualitas air sesuai dengan baku mutu yang dipersyaratkan oleh pemerintah,” kata Manager Mine Infrasturcture Maintenace di PT Vale Indonesia, Hasliana Alimuddin ditemui di tempat terpisah.
“PT Vale yang berkomitmen, air yang keluar dari tambang menuju badan air dan danau sesuai baku mutu air,” kata Hasliana, alumni Teknik Pertambangan Universitas Veteran Republik Indonesia (UVRI) Makassar.
Benarkah air Danau Matano terjaga selama 54 tahun PT Vale beroperasi sebagaimana klaim perusahaan? Metrosulawesi menemui Amsal, warga Desa Matano, Kecamatan Nuha. Pria 39 tahun itu mengatakan, secara kasat mata tidak melihat adanya perubahan warna air Danau Matano.
“Sepanjang umur saya tinggal di Desa Matano, saya melihat kondisi air danau tidak berubah. Masyarakat juga masih bisa menangkap ikan purba Butini, masih banyak. Kepiting endemik juga tiap malam ditangkap masyarakat,” kata Amsal, seorang petani di Desa Matano.
Pernyataan Amsal dibenarkan kepala desa setempat, Jumahir.
“PT Vale juga telah berkontribusi terhadap kemajuan ekonomi di desa kami,” katanya.
Pengakuan juga datang dari pemerintah pusat. Kementerian Energi dan Sumber Daya Alam (ESDM) mengganjar PT Vale Indonesia dengan penghargaan Good Mining Practices Award 2022 yang diserahkan pada akhir September lalu. Penghargaan kaidah teknik pertambangan yang baik ini adalah yang kali ketiga diperoleh PT Vale.
Saat itu, PT Vale berhasil memboyong empat penghargaan GMP Award Kementerian ESDM. Apresiasi dari pemerintah pusat ini adalah bukti PT Vale terapkan Good Mining Practices (GMP) atau praktik pertambangan yang baik lebih dari 54 tahun di area operasional.
“Kesadaran untuk menjaga bumi adalah tanggung jawab kita semua. Bagi kami pengelolaan lingkungan yang baik bukan merupakan opsi melainkan suatu keharusan dan wujud tanggung jawab perusahaan terhadap para pemangku kepentingan serta lingkungan. Kami ada untuk meningkatkan kehidupan dan mengubah masa depan bersama,” tutur CEO PT Vale, Febriany Eddy dalam keteraangan resmi seusai penyerahan penghargaan GMP Award 2022.