
Morowali, Metrosulawesi.id – Ratusan warga Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali, masih memilih bertahan di tempat-tempat pengungsian, lantaran masih trauma dengan gempa berkekuatan magnitude 5,0 yang terjadi Rabu (17/06/2020) malam.
Kapolsek Bahodpi, Iptu Zulfan SH, yang dihubungi Metrosulawesi.id, via handphone, Kamis (18/06/2020) pagi, membenarkan masih ada warga tetap bertahan di pengungsian pasca gempa bumi yang di Kecamatan Bahodpi.
‘’Iya benar, masih ada warga tetap di sejumlah lokasi pengungsian. Warga masih trauma dan kuatir masih ada gempa susulan,’’ kata Zulfan.

Pasca gempa sekitar pukul 19.30 Wita, mendatangi sejumlah lokasi yang dijadikan warga mengungsi. Tiga lokasi pengungsian warga diantaranya Aula Kantor Camat Bahodopi sekitar 100 orang, halaman depan Puskesmas Bahodopi 50 orang, areal BTN Soliwu Desa Bahodopi 200 orang dan Masjid Al-Alkhaeraat Desa Fatufia sekitar 100 orang.
Diungkapkan Zulfan, warga mengungsi lantaran kuatir akan adanya ntunami. Olehnya saat terjadi gempa menguncang penghasil nikel terbesar di Sulteng ini, warga panik dan mengungsi ke dataran yang tinggi.
‘’Memang guncangan gempa cukup keras sehingga warga panik dan berlarian ke dataran tinggi,’’ ujar Zulfan.
Kepada warga, petugas Polsek Bahodpi dan pihak kecamatan menghimbau kepada warga yang mengungsi untuk tidak panik berlebihan, dan jangan termakan isyu yang tidak benar akan adanya ntunami.
‘’Kami menghimbau kepada warga untuk tidak percaya dengan isyu-isyu yang tidak benar beredar,’’ papar Zulfan.

Usai diberi pemahaman, sejumlah warga akhirnya kembali ke rumah masing-masing. Sebagian lagi masih tetap bertahan di pengungsian yang ada.
Berdasarkan laporan dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan gempa di Morowali berlokasi 2.76 Lintang Selatan,122.13 Bujur Timur (26 km Tenggara Morowali) dengan kedalaman 10 km. (*)
Reporter: Murad Mangge