PEMBUKAAN - Gubernur Sulteng, H Longki Djanggola, saat membuka review implementasi kegiatan lintas sektor terpadu dalam rangka eliminasi schistosomiasis di Palu, Rabu, 30 Oktober 2019. (Foto: Michael Simanjuntak/ Metrosulawesi)
  • Pemprov Sulteng Review Implementasi Eliminasi Schistosomiasis

Palu, Metrosulawesi.id – Gubernur Sulteng, H Longki Djanggola, kembali menggaungkan rencana sayembara tangkap tikus di wilayah sebaran penyakit schistosomiasis di dataran lembah Napu dan Lindu. Sayembara ini sebagai upaya eliminasi schistosomiasis yang saat ini fokus pada hewan, keong dan tikus.

“Sampai sekarang tidak ada yang mau bertanggung jawab memberantas tikus yang menyebarkan schistosomiasis 25 persen. Makanya saya usul buat sejenis sayembara tangkap tikus,” ujar Longki usai membuka review implementasi kegiatan lintas sektor terpadu dalam rangka eliminasi schistosomiasis di Palu, Rabu, 30 Oktober 2019.

Kegiatan tersebut digelar dengan tujuan mempercepat eliminasi schistosomiasis di derah ini. Prevalensi pada manusia saat ini sudah berhasil diturunkan, sehingga eliminasi difokuskan terhadap hewan ternak dan tikus.

Khusus eliminasi terhadap tikus kata Longki menjadi masalah karena tak satupun instansi yang mau bertanggung jawab untuk melakukan pemberantasan. Dia mencontohkan Dinas Peternakan yang sampai saat ini enggan bertanggung jawab melakukan pemberantasan.

“Dinas Peternakan tidak mau mengakui bahwa itu (pemberantasan tikus) pekerjaan dia, makanya repot,” ucap Longki.

Olehnya gubernur berharap kepada aparat desa mengambil alih pemberantasan tikus dengan sistem sayembara untuk masyarakat umum. Setiap tikus yang tertangkap harus disiapkan sejumlah uang sebagai imbalan.

“Saya rasa kepala desa bisa menggunakan dana desa, jangan takut, nanti saya buatkan regulasi penggunaannya,” ungkap Longki.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulteng dr Reny A Lamadjido mengatakan prevalensi schistosomiasis tahun 2018, pada manusia berhasil ditekan menjadi 0,3 persen.  Sementara tahun ini meski belum bisa dipastikan secara angka namun pengobatan terhadap manusia menurun hingga 0,1 persen.

“Mudah-mudahan diakhir tahun ini tetap seperti ini 0,1 persen, karena kami memang ditargetkan harus 0 persen. Ada beberapa desa yang dalam tahun ini eliminasi harus 0 persen, tapi kami belum bisa ekspos datanya karena belum akhir tahun,” terangnya.

Reny menambahkan dalam eliminasi schistosomiasis, instansi dan pihak terkait harus memberikan dukungan. Dia mencontohkan untuk pemberantasan tikus yang masih jadi persoalan sampai saat ini.

“Saya mohon sekali kesepakatan, tanggung jawab siapa tikus ini, karena tikus ini masih 25 persen, masih tinggi. Yang kedua keong, keong masih 3,04 persen, sehingga ini juga menjadi masalah besar,” tandas Reny.

Reporter: Michael Simanjuntak
Editor: Yusuf Bj

Ayo tulis komentar cerdas