
Palu, Metrosulawesi.id – Berdasarkan laporan keuangan sampai dengan Juni 2019. Sebagai salah satu bank milik negara yang mempunyai aset terbesar di Indonesia, PT Bank Mandiri memiliki aset sebesar Rp1.235 triliun. Aset ini tumbuh sekitar 7% dari posisi tahun sebelumnya.
Hali ini disampaikan Regional Transaction & Consumer Head Region X Sulawesi dan Maluku, Noviandhika Sukanto, Kamis (17/10 /2019). Ia mengungkapkan kredit Bank Mandiri saat ini sebesar Rp835 triliun. Dari hal tersebut, lanjut dia, Bank Mandiri menyalurkan pada kredit infrastruktur kurang lebih sekitar Rp203 triliun.
“Bahwa industri yang berkembang salah satunya adalah mikro dan menengah kurang lebih tumbuh sekitar 23%. Sementara kredit korporasi ada sekitar 20%, kalau dilihat memang lebih tinggi kredit mikro dari pada kredit korporasi,” ujarnya.
Kemudian, dari sisi penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) Bank Mandiri mengumpulkan Rp843 triliun atau tumbuh 5% dari tahun sebelumnya. Selanjutnya, kata dia, NPL atau Non Performing Loan bisa dijaga di angka 2,59% dan laba terakhir Bank Mandiri pada Juni 2019 ada sekitar Rp13,5 triliun atau naik 11%.
“Kembali lagi kita ke kredit yang tumbuh 23%, khusus untuk wilayah Sulawesi kami salurkan dana KUR Rp837 miliar terhadap 9.145 nasabah. Jadi, kami konsisten dalam meningkatkan ekonomi di segmen mikro dan menengah,” terangnya.
Noviandhika Sukanto mengatakan pihaknya terus mendukung terhadap program pemerintah dan regulator dalam hal gerakan non tunai. Menurutnya, tanpa disadari total transaksi yang disalurkan melalui elektronik oleh Bank Mandiri kurang lebih ada sekitar 6.067 transaksi dalam per menit.
” Dan dari itu sebanyak 2.600 transaksi terjadi lewat Anjungan Tunai Mandiri (ATM), 2.500 melalui Internet Banking, kami sangat mendukung efisiensi pemerintah maupun pihak regulasi untuk selalu mendorong transaksi melalui non tunai. Selain itu, begitu pun pada sisi keamanannya otomatis sudah terjamin,” katanya.
Ia menambahkan berbicara mengenai bencana yang melanda Kota Palu, Donggala, Sigi, dan Parigi Moutong (Padagimo) Sulawesi Tengah pada 28 September 2018 silam. Bank Mandiri juga mengalami dampak dari bencana tersebut, yaitu 7 kantor cabang, 5 kantor cabang mikro, dan 22 unit mikro. Sedangkan, hal itu juga sangat besar berpengaruhnya terhadap kredit mikro, dari yang sebelumnya Rp180 miliar per bulan menurun sekitar 50 persen.
“Tapi, kami sudah melakukan recovery untuk memulihkan fungsi perbankan di seluruh outlet kami yang mengalami masalah karena faktor bencana. Semua ini berdampak cukup besar, terutama bagi para pelaku usaha dan kurang lebih ada sekitar 11.500 debitur Bank Mandiri terdampak bencana atau secara nominal angkanya sekitar Rp1,5 triliun,” ungkapnya.
Pihaknya juga telah menawarkan program bagi debitur korban bencana di Sulawesi Tengah. Salah satunya dengan memberikan keringanan penundaan pembayaran kredit dan tetap mencatatkan kolektifas sesuai dengan sebelum terjadinya bencana.
“Namun memang kami berikan secara selektif setelah dilakukan pengecekan ke tempat usaha debitur dan melihat juga kondisi agunan mereka. Untuk posisi terakhir pada perlakuan khusus ini ada kurang lebih sekitar Rp1,3 triliun nasabah yang diberikan keringanan pembayaran kredit,” ucapnya.
Reporter: Fikri Alihana
Editor: Pataruddin