Danramil 09 Tinombo, Pelda TNI Rizal Manik, Saat melakukan pendataan terhadap anak-anak buta aksara, di lokasi TMMD ke-106 Kodim 1306/Dgl. (Foto: Satgas TMMD 106)

Parimo, Metrosulawesi.id – Tinombo Belajar, adalah salah satu program andalan TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-106 Kodim 1306//Donggala, di wilayah Kecamatan Tinombo, sudah mulai di jalankan dengan tahap awal, tim satgas yang dipimpin langsung Komandan Koramil 09 Tinombo, Pelda TNI Rizal Manik melakukan pendataan di tiga desa yang menjadi sasaran.

Dalam pendataan desa Desa Lombok, Patingke dan Ogoalas itu, Danramil yang didampingi sejumlah anggota satgas, tidak hanya menyasar anak-anak buta aksara, tapi juga yang putus sekolah.

“Memang dari hasil survey di ketiga desa tersebut, masih ditemukan cukup banyak anak-anak putus sekolah dan tidak bisa menikmati bangku pendidikan,” ucap  Danramil 09 Tinombo, Pelda TNI Rizal Manik, melalui pesan singkat, beberapa waktu lalu.

Sementara itu, Dandim 1306/Donggala Kolonel Infanteri Widya Prasetyo, selaku Dansatgas TMMD 106 Kodim 1306/Donggala, kepada wartawan Rabu 2 Oktober 2019, mengatakan bahwa munculnya program Tinombo Belajar didasari keprihatinan banyaknya anak-anak yang putus sekolah dan tidak mampu membaca di ketiga desa yang menjadi program TMMD ke-106.

Kondisi itu, lanjut Dandim, tentunya tidak bisa dibiarkan dan harus segera mendapatkan penanganan dari pemerintah maupun pihak terkait.

“Kita prihatin dengan mereka. Anak-anak yang putus sekolah dan buta aksara. Padahal mereka generasi masa depan bangsa. Kita harus turun tangan membantu pemerintah,” ucapnya.

Momen TMMD ke-106, kata dia, merupakan saat yang tepat bagi TNI untuk ambil bagian dalam membantu pemerintah membantu pengentasan buta aksara khususnya di daerah tertinggal.Untuk menjalankan program tersebut, Dandim mengaku sudah menyiapkan tenaga pengajar dari satgas TMMD yang tidak hanya menguasai teknik mengajar tapi juga menguasai bahasa daerah setempat. Karena salah satu kendala untuk menjalankan program tersebut adalah bahasa.

“Kita siapkan tenaga pengajar dari anggota kami yang memang tidak hanya pintar mengajar tapi juga menguasai atau bisa berbahasa daerah setempat. Karena umumnya anak-anak putus sekolah atau buta aksara tersebut tidak bisa berbahasa Indonesia,’’ jelasnya.

Reporter: Djunaedi
Editor: Syamsu Rizal

Ayo tulis komentar cerdas