
Palu, Metrosulawesi.id – Kondisi para penyintas yang mendiami Shelter pengungsian di Kelurahan Balaroa Kecamatan Palu Barat, hingga kini sangat memprihatinkan. Ditambah lagi mereka hanya memanfaatkan bantuan sembako sebagai modal usaha untuk digunakan dalam hal menunjang perekonomian keluarga.
Hal tersebut diungkapkan Djafar (49) salah satu korban bencana yang masih tinggal di tenda pengungsian. Tanpa modal usaha, dirinya mengaku bisa berinovasi dan mengembangkan potensi ekonomi yang ada dengan cara menggunakan peralatan serta bahan seadanya.
“Pascabencana kemarin sempat dapat bantuan berupa beras, ikan sarden, telur dan mie. Jadi, dari bahan sederhana itu kita gunakan sebagai modal awal membangun usaha walaupun hanya nasi kuning,” ungkapnya, saat ditemui Metrosulawesi beberapa waktu lalu.
Seiring dengan berjalannya waktu, usaha tersebut dirintisnya sejak 14 Januari 2019 itu menghasilkan pendapatan. Meskipun, masih terbilang kecil cukup untuk membantu kebutuhan sehari-hari bersama istri dan anaknya. Menurutnya, jika seseorang berniat bangun usaha pasti akan ada jalan keluarnya.
“Karena di sini lalu masih banyak warga yang belum pindah di Huntara. Dari hasil penjualan itu, kami kumpul kembali dipakai buat menambah modal. Adalah sedikit kelebihan untuk keperluan bersama keluarga,” tuturnya.
Penghasilan yang diperolehnya sebelum bencana bisa mencapai Rp4 juta per hari. Namun, sejak peristiwa itu penghasilan yang didapatkan kini menurun. Apalagi, sekarang Rp200 ribu sangat sulit mereka peroleh.
“Kalau sebelum bencana kami bisa juga menjual sampai malam, Itupun minimal beras kita habiskan per hari satu karung ukuran 50 kg dan pendapatan sampai Rp4 jutaan. Tapi, sekarang hasil penjualan kadang dapat biasa juga tidak,” terangnya.
Selain itu, peralatan masak yang digunakannya saat itu seperti belanga goreng, kompor, sendok, piring sampai dengan gelas semuanya dipinjamkan oleh sanak saudara dan rekan yang masih memperhatikan kondisi mereka. Bahkan, ada pula memberikan secara cuma-cuma peralatan tersebut.
“Sebelumnya kalau mau dibilang usaha warung makan kami sudah cukup lumayan di Jalan Seruni Raya Perumnas Balaroa. Tapi, karena bencana semua alat masak jadi rusak dan sebagian hilang. Selama tiga bulan pascabencana kami hanya mengharapkan bantuan. Jadi, kami spekulasi saja untuk inisiatif bangun usaha,”terangnya.
Ia berharap masih ada pihak donatur yang ingin membantu memberikan tambahan modal usaha agar bisa menunjang ekonomi ke depannya. Menurutnya, jika terus seperti ini perekonomian masyarakat tidak akan pernah berubah setahun pascabencana.
“Kalau hanya mengandalkan bantuan sembako untuk kebutuhan sehari-hari saja. Untuk itu, kami sangat mengharapkan bantuan dari pihak pemerintah maupun swasta,” harapnya.
Reporter: Fikri Alihana
Editor: Pataruddin