
Palu, Metrosulawesi.id – Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Daerah (LPJKD) Sulawesi Tengah menyebutkan masih tingginya gap antara tenaga jasa konstruksi bersertifikat dengan yang belum bersertifikat.
“Dari 72 ribu tenaga konstruksi yang dirilis BPS Sulawesi Tengah tahun lalu, baru sekitar 8,900-an yang bersertifikat. Secara persentase berkisar 12 persen. Maaih ada sekitar 60 ribu yang belum tersentuh. Persentase secara nasional sekitar 9,5 persen sehingga Sulawesi Tengah masih di atas nasional,” kata Ketua LPJK Sulawesi Tengah Ir Danny Wawolumaja, di sela-sela Pelatihan dan Fasilitasi Sertifikasi Tenaga Terampil Ionstruksi menggunakan mobile training unit (MTU) produksi panel Risha, Selasa, 10 September 2019.
Namun, untuk memenuhi target yangvdiisyaratkan undang-undang jasa konstruksi, LPJK menyiapkan fasilitasi pelatihan dan uji kompetensi.
“Karena itulah LPJK berusaha mendorong agar para tenaga jaaa konstruksi mau tersertifikasi. Hanya saja keterbatasan LPJK tidak memungkinkan untuk menyelenggarakan sendiri. Keterlibatan pihak-pihak atau perusahaan-perusahaan sangat diharapkan,” kata Danny.
Mengingat langkanya pelatihan sertifikasi, kata Danny lagi agar memanfaatkan dengan baik bila ada pelarihan. Seperti halnyabpelatihan dan uji kompetensi yang dilakukan oleh Arsitek Komunitas Indonesia-Palu ini.
“Bagi teman-teman yang mengikuti sertifiikasi ini agar dimanfaatkan sebaik-baiknya karena kegiatan seperti langka” kata Danny.
Lanjut Danny, LPJK selalu siap membantu, bahkan ada program LPJK yang mentiapkan 300 sertifikasi tenaga terampil konstruksi. Hanya saja LPJK memiliki keterbatasan pada penyelenggaraanya.LPJK juga siap membantu dinas untuk meningkatkan seetifikasi jasa konstruksi di daerah.
Ketua Yayasan Arsitek Komunitas (Arkom) Indonesia-Palu Yuli Koesworo mengatakan pelatihan tenaga terampil dan uji kompetensi ini dilakukan bagi tenaga-tenaga jasa konstruksi dan pemikik rumah yang mengalami kerusakan atau terdampak bencana gempabumi yang lalu.
Kata Yuli, Pelatihan ini dengan pelibatan warga di daerah pascabencana mereka biaa melakukan pembangunan rumah, mengawasi sendiri dan merencanakan sendiri. Ini juga mendorong pemberdayaan ekonomi masyarakat.
“Dengan demikian masyarakat dapat membangun rumah tanpa kontraktor,” kata Yuli.
Tambah Yuli,pembangunan perumahan itu 126 unit bisnis yang mengiringinya. Artinya distiu ada pembedayaan bagi masyarakat. Kalau selama ini lebih banyak melibatkan orang luar, tapi eengan melibatkan warga itu merupakan bentuk pemberdayaan masyarakat. Justru dengan melibatkan masyarakat akan memberikan income bagi masyarakat dan menjadi pemberdayaan ekonomi.
Di desa dampingan Arkom sudah membangun bemgkel dan usaha bata ringan tanpa bakar. Arkom juga sudah berkoordinasi dengan BPBD Kora Palu, Donggala dan Propinsi untuk membangun rumah melalui dana stimulan. RRp 50 juta.
Selama pelatihan, peserra nendapat materi dan teori dengan perbandingan 80 persen praktek dan 20 persen teori.
Kepala Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang H Syaifullah Djafar, program rumah instan, sederhana, sehat (Risha) merupakan teknologi pembangunan rumah tahan gempa dan solusi membangun rumah cepat, dapat langsung dihuni dan bisa dikerjakan oleh masyarakat di daerah pascabencana.
Teknologi risha ini, kata Syaifullah, asalnya dari Kementerian PU semakin lama mendapat perhatian dari masyarakat. Seperti di Palu, Sigi dan Donggala. Sudah pernah membangun di Petobo, saat gempa 7,4 SR, tidak rusak tapi bukan likuifaksi.
“Minimal saat terjadi getaran, tidak menimbulkan runtuhan dan mengancam penghuninya,” ujarnya.
Pascagempa, banyak yang membantu dan kita tidak sendiri. Seperti yayasan Arkom yang ikut membantu pembangunan perumahan.
Kalau teknologi menggunakan risha, banyak peran yang bisa dilakukan sendiri oleh masyarakat dan teknologinya bisa langsung diterapkan dan ditularkarkan kepada masyarakat. Juga bagaimana risha digabungkan dengan kayu.
Setiap bencana juga memberikan suatu berkah, misalnya pembangunan rumah tahan gempa, nanti diketahui setelah adanya musibah.
Terima kasih kepada Arkom, siapa tau bisa dilaksanakan juga di sigi karena Sigi punya potensi gempa yang banyak dilalui sesar Palu Koro.
Juga jadi kesempatan untuk menambah tenaga terampil dan sertifikasi yang gapnya masih tinggi. Kita berharap ini bisa menunjang untuk menambah tenaga terampil.
Pelatihan tenaga terampil dan uji kompetensi ini didukung Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Sulawesi Tengaj, LPJKD Sulawesi Tengah, Balai Penelitian Perumahan Wilayah III Makassar dan Kementerian PUPR. Pelatihan berlangsung selama 4 hari, 10-14 September 2019.
Peserta terdiri dari anggota Arkom Palu dan beberapa dari luar kota serta perwakilan warga desa-desa danpingan Arkom di Kota Palu dan Kabupaten Donggala.
Reporter: Pataruddin