Ilustrasi. (Foto: Ist)
  • Tidak dipungut Biaya dan Larangan Berjualan Miras

Palu, Metrosulawesi.id – Bencana gempa bumi yang disertai tsunami dan likuifaksi  melanda Kota Palu, Sulawesi Tengah, September 2018 lalu, masih meninggalkan duka yang mendalam. Para korban bencana di pengungsian memanjatkan doa dan harapan terbaik untuk bangkit kembali,

Korban likuifaksi Kelurahan Petobo, Palu Selatan  misalnya. Para korban terutama kaum perempuan sebagian aktifitas sehari-harinya berjualan mencari rezeki dengan menjajakan makanan dan minuman ringan. Bahkan, ada yang menjadi buruh kasar guna mendapatkan biaya hidup dan keperluan biaya anak-anak sekolah.

Di lokasi ketangkasan fauna—ketangkasan ayam jago—di Kelurahan Petobo—tepatnya dekat areal Tempat Pembuangan Akhir sampah dan Perumahan Korpri, sejumlah ibu-ibu menjajakan makanan dan minuman ringan. Aktifitas menjajakan makanan dan minuman ringan secara dadakan ini hanya terlihat pada hari sabtu dan minggu.

Jelang akhir pekan, areal ketangkasan fauna, banyak dikunjungi warga Kota Palu dan sekitarnya. Bahkan, pengunjung juga berasa dari luar Provinsi Sulawesi Tengah. Momen inilah yang dimanfaatkan para ibu-ibu korban likuifaksi untuk mengais rezeki dengan berjualan.

Ibu Dewi—korban likuifaksi Petobo—dengan menjajakan makanan dan minuman ringan, bisa meraup keuntungan sehari dari jualannya  Rp. 150 ribu hingga Rp. 250 ribu. ‘’Alhamdulillah pak, dua hari jualan saya bisa dapat Rp. 400 sampai Rp. 500 ribu,’’ ujarnya.

Dengan hasil jualan dua hari itu, kata ibu Dewi, selain digunakan untuk biaya hidup sehari-hari, juga disisipkan sebagian untuk keperluan anak sekolah.

‘’Yaah,. meski tidak cukup, tapi adalah untuk makan kami dan keperluan anak sekolah,’’ jelasnya sembari menambahkan ia bersama ibu-ibu lainnya yang merupakan korban bencana bersyukur dapat mengais rezeki di areal ketangkasan fauna.

Hal serupa diungkapkan Nur—selain ibu rumah tangga, ia juga bertindak sebagai kepala keluarga. Suaminya meninggal saat terjadi likuifaksi. Tuntutaan hidup serta membiaya anaknya bersekolah, Nur juga mengais rezeki dengan berjualan makan dan minuman.

‘’Saya janda, suami meninggal saat likuifaksi lalu. Saya harus bekerja, agar  anak-anak bisa makan dan sekolah,’’ ungkap Nur.

Soal areal ketangkasan fauna, tempat mereka mnejajakan jualannya. Baik Dewi dan Nur, maupun ibu-ibu penjual makanan lainnya, berterima kasih dan terbantu dengan pengelola. Pihak pengelola, tidak memungut biaya satu sen pun dari penjual.

‘’Tidak dibayar pak. Kami dipersilahkan berjualan. Bahkan kami diminta untuk mengajak ibu-ibu korban bencana lainnya untuk berjualan disini.  Jadi tidak benar kalau kami dipungut biaya setiap berjualan,’’ ujar Dewi yang dibenarkan para ibu-ibu penjual lainnya.

Para ibu-ibu penjual merasa heran, jika mendapat kabar di lokasi tempat mereka mengais rezeki mendapat penilaian negatif. Seperti adanya narkoba, minuman keras dan kehidupan malam.

‘’Astaga, tidak ada itu. Kami menjual makanan dan minuman ringan saja. Malah kami dilarang menjual minuman beralkohol. Itupun kami berjualan siang hingga sore saja,’’ tegas Nur,

Soal keamanan. Para penjual pun menepis tudingan adanya keributan, baik itu sesame pengunjung maupun penjual yang ada. Ketentuan menyangkut ketertiban menjadi prioritas utama yang diterapkan pengelola. Dari pengamatan di lokasi, baik penjual—terutama kaum ibu-ibu maupun para pengunjung terlihat saling berkomunikasi.

Ada yang menarik, selain menjadi tempat mencari rezeki para ibu-ibu korban bencana, di lokasi ini juga menjadi tempat akhir para ibu-ibu penjual hasil kebun. Sebut saja tomat dan rica.

‘’Biasanya ina-ina(ibu,red) jualannya tidak laku di pasar, dibawa kemari dan langsung dibeli pengelola maupun pengunjung,’’ urai ibu Nur.

Sementara itu, Syam salah satu pengunujung mengaku, keberadaan lokasi ketangkasan fauna ini, merupakan suatu hiburan dan tempat penyaluran hoby.  Ia bersama penggemar ayam jago maupun ayam bernyanyi, merasa senang. Sebab, selain penyaluran hoby dan hiburan terpenuhi. Suasana di lokasi sangat nyaman dan tertib.

‘’Selama kesini untuk melihat jenis-jenis ayam, tidak pernah selama disini terjadi hal-hal menggangu ketertiban,’’ tuturnya sembari membantah jika lokasi ini menjadi tempat beredarnya minuman keras dan narkoba.(yi)

Ayo tulis komentar cerdas