- Menyongsong Pemilihan Kepala Daerah Wali Kota Palu 2020 (3-habis)

Perhelatan perebutan orang nomor satu di Pemerintahan Kota Palu untuk lima tahun ke depan, menjadi topik menarik bagi penikmat kopi di warkop maupun café yang ada di Kota Palu. Saking serunya, pembahasan Pilkada Gubernur Sulawesi Tengah, hanya sebagai selingan saja. Ibaratnya pelengkap menu teman menikmati secangkir kopi. Dugaan akan banyaknya peminat gelar Wali Kota Palu, melebihi dari yang sedang bersosialisasi dan pencitraan secara terang-terangan. Teman saya sesama media menulis ada 21 calon Wali Kota Palu. Waah, lumayan banyak juga. Peluang para kandidat itu bagaimana? Pertanyaan teman yang sudah duluan berada di tempat mangkal saya di kawasan Bumi Nyiur Palu.
TANCAP GAS. Begitu sebutan teman-teman melihat geliat para calon kandidat yang mau bertarung pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Wali Kota Palu 2020 mendatang. Tidak harus menunggu yahapan yang diberikan penyelenggara. ‘’Harus dari sekarang pencitraan atau tebar pesona calon-calon yang mau maju. Jangan menunggu tahapan. Kalau menunggu tahapan, bisa kalah start,’’ ungakapan spontanitas teman.
Berbeda sebelumnya. Saya banyak jadi pendengar setia, kali ini mulailah memberikan pendapat—singkat dan ringan saja, takut kalau kepanjangan memberikan ulasan, bisa salah tafsir dan malah dicurigai sebagai salah satu tim pemenangan kandidat. Lantas siapa yang punya kans besar terpilih Walikota Palu untuk lima tahun ke depan?
Begini…, dari hasil raod show yang saya lakukan—seperti catatan kemarin, tidak semua saya lintasi jalan-jalan di Wilayah Kota Palu—melihat alat peraga atau kerennya baliho, spanduk dan pamplet yang terpasang, masih didominasi calon dari kalangan polisi(kader partai,red) sebut saja, ada Aristan dari Partai NasDem, Hadiyanto Rasyid dari Partai Hanura, Arena Jr Parampasi dari Partai Gerinda—di Medsos bersosialisasi ada anak muda Firman Lapide—dari kalangan perempuan ada Imelda Liliana Muhidin dari Partai Golkar, bahkan Emma Asmawati juga ikut meramaikan.
Dari kalangan politi. Dari bisik-bisik tetangga, Arsitan dan Hadiyanto Rasyid sudah memastikan mendapat dukungan dari partainya masing-masing. Aristan secara aklamasi pengurus DPD Kota Palu memberikan dukungan. Tidak heran, di berbagai lokasi di Kota Palu, bertebaran baliho, spanduk dan pamphlet Arsian berisikan berbagai tagline menuju Kota Palu 2020. Begitu pula Hadiyanto Rasyid. Bukan rahasia lagi, kesiapan untuk masu di Pilkada Wali Kota 2020, sudah dipersiapkan jauh sebelum Pemilu lalu. Bentuk keseriusan itu, salah satu tidak maju pada Pileg 2019 karena focus maju di Pilkada Wali Kota Palu. Belum lagi, berbagai kegiatan sudah dilakukan, entah itu kegiatan sosial, mapun silahturahmi, bahkan belum lama ini, menggelar jalan santai.
Dari kalangan birokrasi(ASN) sebut saja Basir Tanase, Iskandar Nontji, Awaluddin, mereka tampil percaya diri untuk maju di kancah politik, meski status mereka masih sebagai abdi negara. Ketiganya pun, saat ini sering melakukan sharing dan pertemuan-pertemuan di berbagai tempat. Bahkan, dengan tegas, orang-orang terdekatnya sudah mengklaim, bahwa ketiga yang mereka gadang-gadangkan untuk maju di Pilkada Wali Kota Palu 2020 mendatang sudah mendapat respon positif dari warga Palu. Malah, ada partai yang konon sudah melirik dari ketiga kandidat ini.
Dari kalangan professional, pengusaha, organisasi masyarakat, advokat, seperti Agussalim SH—sejak selesai di perhelatan Pemilu kemarin, Agussalim langsung menyatakan maju Pilkada Wali Kota Palu 2020 melalui jalur independen, keseriuasan itu diwujudkan dengan bersosialiasi di medsos dan menjumpai warga Palu untuk menggalang dukungan KTP. Gufran Ahmad yang belatar belakang pengusaha pun sudah melakukan start bersosialisasi—saat bertemu Gufran dengan tegas maju pada Pilkada Wali Kota Palu 2020.
Bagaimana dengan lainnya. Saat menuju rumah dari tempat saya bekerja, tepatnya di persimpangan eks Palu Studio. Mata saya tertuju pada salah satu baliho, Oki Maskati untuk Kota Palu 2020—anak muda enerjik, tidak bisa dipandang sebelah mata. Modal organisasi kepemudaan an serta sejumlah aktifitasnya, bisa menjadi salah satu modal untuk masuk salah satu kandidat.
Patahana bagaimana? Hidayat dan Pasha—saya langsung tulis nama kerennya saja ketimbang nama lengkap, Dari kedua patahana, Pasha sudah terang-terangan menyatakan maju pada Pilkada 2020. Masalahnya apakah maju dipemilihan Wali Kota Palu atau naik satu tingkat lagi yakni di Pilkada Gubernur Sulawesi Tengah—menurut saya, yang jelas yang bersangkutanlah yang lebih tahu. Sementara Hidayat, melalui orang dekatnya menyatakan masju kembali. Makanya, di medsos sudah ada tagline “LANJUTKAN’.
Lantas yang berpeluang menurut Indra? Mari kita menyeruput kopi dulu. Begini…Semua punya kans besar atau peluangnya sama. Mereka harus berjuang memiliki ‘kendaraan’ untuk mengantarkan mereka sebagai calon. Kendaraannya sudah jelas yang pertama partai yang mengusung, atau mencukupi jumlah dukungan warga Palu dengan dibuktikan KTP dan pernyataan resmi dari warga. Jelas, disini yang sudah punya poin yakni mereka adalah kader-kader partai. Tinggal tergantung partainya. Apakah partainya memberikan restu dengan mengeluarkan rekomendasi atau sebaliknya. Melihat pengalaman sebelumnya di Pilkada, ada partai justru memberikan rekomendasi di luar internal partai.
Soal partai itu urusan partai masing-masing. Saya tidak mau mencampuri urusan rumah tangga mereka. Bagi saya sebagai orang media, pendapat utama untuk bisa melanglang ke singgasana empuk Wali Kota Palu, para kandidat harus bisa memanfaatkan kemajuan taknologi informasi. Ini sangat penting sekali di era milenial sekarang.
Kenapa penting? Keberadaan media online dan media sosial memiliki peran penting bagi kandidat politik terkait dengan program kampanye sebelum voting day. Media sosial memiliki peran yang sangat penting untuk memenangkan kandidat. Zaman sekarang, media digital melalui media sosial (medsos) atau media baru lainnya bisa menjadi strategi yang paling tepat dalam menyampaikan visi misi dan program kerja,
Para pengguna medsos lebih condong memihak figur yang menawarkan perubahan dan gagasan besar. Generasi milenial disebut senang dengan sosok yang memberikan perubahan dan terbukti kerja nyata. Apalagi, bila didukung dengan tim yang mampu menyampaikan komunikasi politik dengan baik atau menggunakan simbol-simbol baru yang unik dan mudah diingat. Jadi, jangan ada kandidat ataupun tim pemenangannya ‘mengidap penyakit gaptek’ Waaah, repot dipertarungan Pilkada Wali Kota Palu 2020. (*)