Akademisi Untad Dr Rasyid Thalib SH,MH saat memaparkan pendapatnya di hadapan anggota DPRD Kamis (1/8) terkait kisruh pelantikan kepsek. (Foto: Tamsyir Ramli/ Metrosulawesi)
  • Pelantikan Kepsek Langgar Tiga Aturan

Donggala, Metrosulawesi.id – Akademisi Universitas Tadulako (Untad ) Palu, Dr Rasyid Thalib menegaskan pelantikan kepsek 4 Maret 2019 di Donggala sudah terang benderang menyalahi tiga aturan sekaligus.

Pertama, kata dia UU tindak pidana penyalahgunaan wewenag, kedua UU nomor 30/2014 tentang Administrasi Pemerintahan pasal 17-21, dan terakhir UU No 95 tentang Sistem Pemerintahan berbasis elektronik karena data guru sistemnya database di KSN. Dilanggarnya  aturan tersebut besar kemungkinan ada ‘firaun’ di Donggala sehingga proses pelantikan bisa terjadi.

“Saya menganalogikan ‘firaun’ bukan menyerang kepala daearah. Yang saya maksud mirip firauan adalah sistem pemerintahan sudah zalim ke pegawai tanpa ada sistem remonerasi ditambah lagi anggota DPRD tidak mampu membendung alias tak berdaya,” kata Rasyid di hadapan anggota DPRD Donggala, Kamis (1/8).

Rasyid menjelaskan bentuk perlawanan yang dilakukan oleh beberapa kepala sekolah yang dimutasi harus didukung oleh lembaga DPRD. Sebab diproses pelantikan kemarin itu masuk ranah pidana anacaman bisa lima tahun karena melakukan pelantikan menggunakan dokumen palsu.

Kemudian pada proses pelantikan ada penyalagunaan wewenang yang juga bisa masuk ranah pidana  ditambah lagi jika dikatakan kepala BKPSDM tidak mengetahui proses pelantikan 4 maret kemarin.

“Muaranya adalah rotasi jabatan tidak sesuai pangkat, kemudian ada dugaan pemalsuaan identitas ASN sehingga menimbulkan kegaduhan jadi dipersoalan ini semua pihak terkait yang memuluskan proses pelantikan 4 Maret kemarin bisa kena hukum pasal 55 KUHP delik penyertaan menyuruh melakukan pelantikan,turut serta dalam pelantikan,” jelasnya.

Rasyid menambahkan konsep pemerintahan model Firaun sejatinya bisa digantikan dengan konsep Nabi Nuh yang tidak pintar tapi cerdas menyelamatkan ummatnya sehingga pemerintahan bisa berjalan sesuai aturan dan masyarakatnya sejahtera.

“Sekarang kan ada digunakan “Sakaya” mirip kisah Nabi Nuh tapi bedanya Nabi Nuh cerdas dia peringatkan oleh Allah SWT akan terjadi banjir besar. Olehnya dia (Nabi Nuh) walau tidak tau kapan datangnya banjir ia telah mempersiapkan bekal untuk masyarakatnya termasuk hewan ternak yang ada ikut di dalam perahu,  di tengah perjalanan ada penghuni kapal yang berkhianat kepada Nabi Nuh yakni seekor babi yang merobek kapal sehingga kapal oleng. Peristiwa ini bisa terjadi di pemerintahan Sakaya, perahu bisa dibocorkan oleh penumpangnya sendiri,” tuturnya.

Reporter: Tamsyir Ramli
Editor: Syamsu Rizal

Ayo tulis komentar cerdas