Donggala, Metrosulawesi.id – Wakil Bupati Donggala Moh Yasin di hadapan rapat paripurna jawaban bupati terkait pandangan umum fraksi Senin sore (22/7) mengatakan, kritikan atau masukan fraksi PKS yang mempertanyakan pemberian nama Sakaya Membangun pada Perumda bukan sekedar muatan politis melainkan sebagai apresiasi terhadap kearifan lokal dan entititas wilayah kabupaten Donggala yang sebahagian besar pesisir serta semanagat dari filosofi ketangguhan Sakaya, sedang kata Sakaya membangun memiliki penegertian bangkit dan tangguh.
“Pemberian nama sakaya membangun pada perumda didasarkan pada kearifan lokal dan letak geografis Donggala yang memiliki wilayah pesisir, Sakaya bukanlah singkatan dari kalimat, Sakaya yang dimaksud adalah sebuah nama benda yang diambil dari nama lokal berbahasa Kaili yaitu perahu,” kata Yasin saat membacakan jawaban bupati di hadapan paripurna.
“Secara histori, sakaya atau perahu digunakan masyarakat Donggala sejak dahulu hingga saat ini untuk melakukan semua urusan yang terkait dengan kehidupan manusia baik berdagang, berperang, bekerja sama hingga digunakan untuk siar agama, secara filosofi sakaya merupakan simbol ketangguhan dalam menghadapi topan dan badai untuk sebuah dedikasi dan tanggung jawab hingga sampai pada dermaga sebagi tujuan akhir,” sebutnya.
Kemudian bupati juga menjawab terkait pertanyaan atau pandangan farksi Golkar atas bantuan dari berrbagai daerah yang dinilai tidak transparansi dalam pengelolaan dana tersebut.
Menurut Bupati, bantuan dari berbagai daerah yang diberikan pasca bencana gempa dan tusnami pada 28 September 2018 berjumlah Rp 5,193,042.609 sedangka bantuan dari provinsi sebesar Rp 294,000,000,00.
“Seluruh dana bantuan masuk rekening RKUD, kemudian berdasarkan hasil audit BPK besaran dana bantuan yang diterima akan dimasukan dalam pos Silpa dan diarahkan perencanaan penganggarannya pada perubahan APBD 2019,” tuturnya.
Reporter: Tamsyir Ramli
Editor: Syamsu Rizal