Palu, Metrosulawesi.id – Bagi sebagian orang yang telah menggunakan komputer sejak tahun 90-an boleh jadi kenal dengan Internet Explorer (IE). Peramban bawaan Microsoft tersebut cukup populer pada zamannya.
Namun, seiring perkembangan waktu, IE kian tenggelam dengan kehadiran peramban lain. Sebut saja Mozilla Firefox, Google Chrome, dan Safari (buatan Apple). Bahkan Microsoft sempat pula mengganti nama IE menjadi Edge pada 2015. Lalu apakah masih ada yang menggunakan IE hingga saat ini?
Pihak internal Microsoft pun menyebutkan bahwa IE tidak layak pakai. Misalnya dikatakan pakar keamanan dunia maya Microsoft, Chris Jackson, melalui artikel dalam blog resmi Windows IT Pro yang berjudul “Bahaya menggunakan Internet Explorer sebagai browser default Anda” baru-baru ini.
Dikutip beritagar.id, Jackson mengatakan sudah waktunya untuk berhenti menggunakan peramban usang Microsoft, produk yang secara resmi telah dihentikan pada 2015. Ia menyarankan para pengguna pindah ke peramban yang lebih modern dan mutakhir dengan standar laman web saat ini.
Namun, di lain sisi, beberapa bisnis masih mengandalkan IE untuk menjaring traffic situs mereka. Namun, Jackson tak senang.
“Internet Explorer cuma solusi kompatibilitas,” tulis Jackson.
“Kami tidak mendukung standar web baru dan situs yang bekerja dengan baik. Sedangkan para pengembang pada umumnya tidak lagi menguji situsnya melalui IE, melainkan peramban modern.”
Jadi, menurut Jackson, IE tidak lagi cukup cocok untuk menjelajahi situs masa kini. Apalagi Microsoft tak pernah menguji situs modern dengan IE.
Jackson mengatakan Microsoft tak mau ada “utang teknis” yang timbul ketika menggunakan IE. Misalnya harus membayar ekstra agar mendapat dukungan (support) untuk perangkat lunak lama, termasuk membuat Mode Enterprise untuk peramban pada tahun 2014.
Mode Enterprise memungkinkan situs web melakukan render seperti tindakan versi IE sebelumnya. Dengan begitu pengguna bisa menghindari menghindari masalah kompatibilitas, tapi Microsoft tak lagi melakukannya. Itu sebabnya Microsoft meminta para pengguna beralih ke peramban modern. Microsoft pun menghentikan dukungan untuk IE versi 8, 9, dan 10 pada 2016.
Sebagian besar pengembang memang tidak lagi menguji kompatibilitas situs dengan IE karena kebanyakan orang sudah meninggalkannya. IE hanya nyaman digunakan untuk menjalankan situs lawas yang tak modern (versi HTML dan segalanya). Namun untuk jangka panjang, para pengguna Windows sebaiknya memakai peramban modern.
Meski begitu, menurut Mashable, Microsoft akan memperbaiki performa Edge untuk menyambut versi baru Chrome. Microsoft berharap Edge akan kompatibel dengan Windows 7, 8 dan bahkan Mac.
“Jika kami meneruskan pendekatan yang lalu, Anda bisa dipaksa mengoptimasi peramban yang ada, padahal itu tak cukup untuk situs-situs baru nan modern. Kami tak mau Anda kehilangan kesempatan menjelajahi situs baru,” kata Jackson.
Sementara itu Netmarkestshare menunjukkan IE masih memimpin pangsa pasar peramban terbesar kedua (10, 49) hingga Januari 2019. Sedangkan Google Chrome menjadi pemimpin pasar dengan pangsa 64,63 persen.
Lain lagi menurut w3counter, IE dan Edge menempati peringkat ketiga dengan pangsa pasar 6,9 persen. Chrome dan Safari menduduki peringkat teratas dan kedua dengan pangsa pasar 63,3 persen dan 14 persen.
Popularitas IE atau Edge yang rendah, dalam hal ini, disebabkan kesalahan terbesar Microsoft dengan memaksa pengguna untuk beralih ke Windows 10. Tetapi mereka tidak merilis Edge untuk Windows 7, 8, atau XP.
Padahal ketiga sistem operasi itu masih menguasai hampir 50 persen pangsa pasar dalam empat tahun terakhir setelah Windows 10 dirilis. Masing-masing Win 7 (40,41 persen), Win 8 (4,97 persen), dan Win XP (3,96 persen).
Kini, Microsoft akhirnya harus menggali kuburan prematur untuk Edge jauh lebih cepat daripada IE. Edge pun sekarang dijadikan peramban dengan basis Chromium –inti untuk Google Chrome.(*)